Connect with us

Kolom

Berharap Ide Juragan Coklat

Published

on

Oleh Joko Intarto

Beruntung saya bisa bertemu Taufiq Rahman di Jakarta. Walau baru bisa ngobrol setelah lewat tengah malam.

Harap maklum, saya bertemu dengannya saat menjalankan pekerjaan mengelola siaran langsung Pidato Kebangsaan Calon Presiden – Wakil Presiden nomor urut 02: Prabowo Subianto – Sandiaga Salahuddin Uno, Senin malam lalu.

Saya ajak juragan waralaba Coklat Point itu ke kantor saya di Tebet. Beruntung, ia mau. Saya janjikan sesuatu untuknya, yang tidak mungkin bakal ditolaknya: kopi.

Saya tahu, ia pengopi berat. Sayangnya ia baru kenal kopi jitu: kopine siji campuranne pitu. Jagung, beras dan entah biji apa lagi.

Malam itu saya berjanji menyajikan kopi terenak yang ada di mini coffee bar kantor saya: Arabica Gayo Sipirok Pandoloan, Lanang dan Luwak. “Kopi produksi Pesantren Darul Mursyid SD Hole, Sipirok, Sumatera Utara,” kata saya di tengah keriuhan acara.

Kata “pesantren” itu sengaja saya ucapkan dengan keras. Saya tahu, Taufiq seorang santri. Abahnya seorang kyai berpengaruh di Jawa Timur. Punya pesantren besar di Batu, Malang. Dengan penegasan kata “pesantren” itu, saya ingin Taufiq mendukung saya: membantu pengembangan ekonomi berbasis pesantren yang sedang dijalankan Darul Mursyid. Melalui perkebunan kopi.

Saya juga tahu, Taufiq yang kini tinggal di Semarang itu seorang pengusaha muda yang gigih. Coklat Point yang dirintisnya berkembang pesat. Sudah 250 gerai di seluruh Indonesia. Hanya dalam dua tahun.

Saya berharap Taufiq bisa menciptakan satu resep minuman baru berbahan baku kopi. Untuk mendukung Pesantren Darul Mursyid yang sedang membina petani kopi di Sipirok.

Apalagi kalau bisa menciptakan warung kopi dengan konsep baru. Yang unik. Yang bisa diwaralabakan. Bisa menasional. Apalagi sampai bisa mendunia. Akan menjadi kebanggaan tersendiri.

“Pesantren bisa menyiapkan kopi terbaik jenis Arabica Gayo Sipirok seperti Pandoloan, Situnggaling, Lanang, Luwak, Wine dan Red Cherry dalam volume besar,” kata saya sembari memperlihatkan foto-foto saat berkunjung ke perkebunan kopi pekan lalu.

Continuity bahan baku merupakan persoalan krusial bagi usaha makanan atau minuman. Usaha warung kopi akan mencari supplier dari tangan pertama. Langsung dari pemilik kebun. Agar kualitas produknya terjaga. Ketersediaannya terjamin. Pesantren Darul Mursyid punya semuanya: lahan kopi yang luas, kualitas kopi yang bagus dan produktivitas kopi yang tinggi sepanjang waktu.

Menjelang subuh, kami berpisah. Saya pulang ke rumah di Kelapa Gading. Taufiq kembali ke hotelnya di Kalibata. Kami akan kembali bertemu, setelah menemukan gagasan tentang warung kopi konsep baru. Selekasnya. ***

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *