Connect with us

Feature

Batu Hoda, Pantai tak Bertepi Laut

Published

on

Hamparan pasir putih Pantai Batu Hoda, Samosir, Sumatera Utara. (foto: monang sitohang)

JAYAKARTA NEWS – Tak selamanya, pantai bertepian denggan laut. Pantai Batu Hoda, contohnya. Disebut pantai, meski ia berada di tepi Danau Toba, tepatnya di Desa Cinta Dame, Kecamatan Simanindo, Kabupatan Samosir, Sumatera Utara.

Mengunjungi pantai Batu Hoda adalah rangkaian perjalanan wisata pelengkap wisata Danau Toba. Seperti telah saya laporkan di Jayakarta News sebelumnya, bahwa banyak objek lain yang menarik dikunjungi. Objek terakhir sebelum ke Pantai Batu Hoda adalah air terjun Sampuran Efrata di Desa Sosor Dolok.

Dari Efrata ke Pantai Batu Hoda, saya tempuh melalui Simpang Limbong belok kiri. Sebenarnya, lurus pun bisa, dan nanti dua jalur itu bertemu di simpang Hot Spring Pangururan. Akan tetapi, belok ke kiri di Simpang Lembong lebih direkomendasikan, karena jalur ini melalui panorama yang sangat menakjubkan.

Sejumlah spot wisata terlewati jika melalui jalur ini. Misalnya yang ada di Desa Sianjur Mula-mula. Di desa ini ada objek wisata Aek Sipitu Dai, Batu Obon, dan pemandian air panas. Sepanjang perjalanan, mata bisa memandang hamparan Danau Toba dengan airnya yang membiru, berlatar belakang bukit-bukit menjulang. Pemandangan kian menakjubkan mendekati Pulau Tulas.

Tampak Pulau Tulas yang terletak di Kecamatan Sianjur Mula-mula. Pemandangan ini ditangkap dalam perjalanan menuju Pantai Batu Hoda. (foto: monang sitohang)

Saat Jayakarta News berkunjung beberapa waktu lalu (Mei 2019), tampak sejumlah orang tengah membangun fasilitas wisata. Bentuknya kurang lebih seperti rumah singgah yang bisa dijadikan tempat makan dan minum.

Wow keren pemandangannya. Jalannya bagus, nyaman dilalui. Sayang, belum semua dikasih pembatas jalan. Ini cocok untuk rally mobil,” ujar Aditya salah seorang di antara kami. Sejurus kemudian, kami sudah mengeluarkan handphone masing-masing dan sibuk berfoto-foto.

Objek wisata Pantai Batu Hoda ini tidak sulit dijangkau. Sekalipun dari Medan. Jika menempuh jalur Puncak Tele, perlu waktu enam jam dengan jaminan panorama yang menakjubkan. Sementara jika melalui jalur Parapat, lebih cepat satu jam, dengan panorama lain yang juga menarik.

Bagi yang berkendara sendiri, tak perlu khawatir, karena papan petunjuk cukup jelas. Kami yang mendekati pantai dari air terjun Efrata, hanya perlu waktu sekitar 1,5 jam, sampai pada pintu gerbang dengan penjagaan. “Selamat pagi Pak, maaf ada berapa orang di dalam mobil?” ujar petugas retribusi. Ya, kami, para pengunjung harus membayar retribusi Rp 14.000 per orang, dan Rp 5.000 untuk kendaraan roda empat. Tarif tersebut sudah termasuk bebas menikmati fasilitas gazebo, berswafoto di spot-spot yang ada. Kecuali jika ingin berfoto di rumah pohon atau menyewa ban, akan dikenakan biaya tambahan.

Ikon Pantai Batu Hoda berbentuk kuda hitam. Ada legenda tentang petuah kesetiaan di balik ikon kuda hitam itu. (foto: monang sitohang)

Destinasi Pantai Batu Hoda ini belum genap satu tahun dibuka untuk umum, tepatnya diresmikan Septemmber 2018. Destinasi ini termasuk satu dari 16 titik Geosite Kaldera Toba, yang memiliki ikon Kuda Hitam.

Ikon itu bukan tanpa makna. “Dahulu ada seekor kuda betina datang dari tengah danau, mungkin dari seberang Silalahi atau lainnya. Dikisahkan, kuda betina itu hendak bertemu kuda jantan di bibir pantai. Ternyata setelah lama menunggu, sang kuda jantan tak kunjung datang. Kawanan hewan pun menasihati kuda betina untuk pulang, tetapi ditolak. Kuda betina tetap menunggu, sambil mengatakan ‘aku tetap menunggu sekalipun aku jadi batu’. Kisah itu menyiratkan pesan moral kesetiaan perempuan atas janjinya,” ujar Siboro, menguraikan kisah di balik ikon itu.

Di sekitar pantai Batu Hoda,  banyak terdapat pasir kuarsa yang memiliki khasiat terapi. Jika kita menginjaknya tanpa alas kaki, diyakini akan melancarkan peredaran darah dan menyehatkan tubuh. “Jika banyak jalan di pantai ini, dijamin malamnya lebih nyenyak tidur,” jelas Siboro.

Sejumlah pengunjung bermain volly pantai di Pantai Batu Hoda. (foto: monang sitohang)

Dan di lokasi pasir putih Batu Hoda terlihat ada beberapa pohon yang tumbuh sehingga dapat menjadi peneduh terik matahari. Di pantai itu, juga dilengkapi fasilitas home stay enam kamar, toilet, food court, shower untuk membersihkan badan sehabis berenang, wahana air, volly pantai, pondok-pondok, rumah pohon, gazebo, spot-spot foto, dan lain-lain.

Pengelola objek wisata Pantai Batu Hoda juga memberi tali pembatas sebagai zona aman untuk berenang. Melalui pengeras suara, pengeloa secara berkala juga menyampaikan pengumuman-pengumuman atau informasi-informasi yang penting diketahui pengunjung.

Sementara, menurut Gagarin Sembiring, Wakil General Manager Badan Pengelola Geopark Kaldera Toba, pantai Batu Hoda merupakan titik geosite. Di tempat ini ada rekaman peristiwa pasca letusan super volcano Toba 74.000 tahun yang lalu. “Kami sedang melakukan pemetaan dari seluruh geosite yang ada di kawasan Danau Toba. Semuanya ada 16 geosite,” tambah Sembiring.

Ada proses panjang untuk menentukan suatu tempat itu termasuk ke dalam geosite Danau Toba. Diklasifikasikan sebagai geosite jika memiliki nilai penting sisi sejarah geologinya, bentuknya, budaya, keanekaragaman flora dan fauna, dan lain-lain.

Sembiring menambahkan, di Pantai Batu Hoda bisa kita lihat rekaman peristiwa naiknya Pulau Samosir yang tadinya adalah dasar danau, sekarang menjadai pulau. Geosite yang lain adalah batuan dasar Danau Toba, berupa batu gamping berumur 250 juta tahun, ada batu Sabak yang berumur 300 juta tahun, semua geosite yang kita plot yang harus dijaga supaya jangan hilang.

Esensinya, membangun geopark adalah sustainablity development dengan kata lain berkelanjutan. Bagaimana kita mendapatkan nilai ekonomi tanpa harus mengeksploitasi. Justru kegiatannya harus bersifat konservasi. “Bisa saja dapat uang dengan ditambang tapi untuk anak cucu kita nanti tidak dapat apa-apa lagi. Tapi sekarang bagaimana kita jaga agar tidak ada habis-habisnya. Kita harap, di konvensi Global Geopark Unesco yang diselenggarakan di Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat, Geopark Kaldera Toba diumumkan. Artinya lulus menjadi geopark dunia,” harap Gagarin Sembiring. (Monang Sitohang)