Connect with us

Feature

Banyak Pemuda Papua Berjuang untuk Indonesia

Published

on

Jayakarta News – Ada ujaran yang berbunyi, jika tak punya otak maka cenderung ngotot, Nah istilah ini, cocok untuk mereka yang memilih berkelahi daripada berdialog. Dan ujaran ini juga kerap disematkan kepada mereka yang memilih olahraga ekstrim semisal tinju, kick boxing, gulat dan muaythai sebagai profesinya.  

Mereka lebih memilih terjun di bidang olahraga ekstrim tersebut karena tak mempunyai keahlian lain selain berkelahi. Yang diandalkan otot. Dan pada umumnya olahraga tersebut banyak diminati saudara-saudara kita dari Indonesia Timur seperti, Papua, Ambon, dan NTT. 

Tapi anggapan itu sungguh keliru. Fakta ini terungkap saat acara Pengukuhan Pengurus Pusat ‘Papua Top Team’ Jumat (30/8) lalu di Siam Training Camp, Jalan Batu I no 17 Jakarta Selatan. Adapun Papua Top Team adalah wadah untuk berkumpulnya atlet bela dari dari berbagai camp latihan. Jumlah anggota yang tergabung saat ini adalah 25 orang.

Dan para atlet bela diri ekstrim yang tergabung dalam Papua Top Team ini rata-rata memiliki pendidikan yang tinggi. Dede Barabas (26), misalnya, Ketua Umum Papua Top Team ini, calon Magister Hukum Tata Negara Universiats Kristen Indonesia.

Dari kiri ke kanan: Elianus Enembe, Dede Barabas, Adrian dan Jordan. (ist)

Pria kelahiran Sorong, 2 November 1993 ini, menekuni bela diri ekstrim bukan karena tidak mempunyai ijazah sarjana. Malah dia calon Magister. Tapi bagi Dede Barabas, terjun di olahraga ekstrim secara profesional lebih sebagai hobi. Karena memang menyukai berantem. Barabas, petarung MMA ini sudah cukup lama berlaga di One Pride Mixed Martial Arts. Dia menekuni olah bela diri tersebut karena sejak  duduk di bangku SMP sudah senang berantem.

‘’Saya terjun di olahraga bela diri itu hobi. Dulu waktu SMP senang berantem. Dan hobi itu disalurkan untuk hal yang posistif. Bukan karena tidak punya pilihan. Tapi saya ada batas waktu. Nanti kalau masuk usia 28 tahun saya akan berhenti. Mungkin akan fokus ke pekerjaan sesuai dengan ijazah saya. Jadi lewat olahraga untuk berprestasi dan bisa mengahrumkan nama bangsa,’’ ungkap Dede Barabas.    

Selain Dede Barabas, salah satu anggota Papua Top Team yang juga mempunyai pendidikan tinggi adalah Elianus Enembe. Pemuda Papua, kelahiran Wamena, 14 Juli 1997 ini sedang menempuh di Fakultas Hukum Universitas Nasional, Jakarta.  

Akan tetapi memilih olahraga bela diri ini bertujuan untuk berprestasi. Jadi bukan karena tidak ada pilihan sehingga lebih memilih olah raga ekstrim ini. Yang bisa dibilang mempunyai risiko sangat berat. Bukan tidak mungkin jika mengalami nasib naas, bisa cacat permanen dan bahkan bisa meninggal dunia. Tapi bagi Elianus olahraga itu bukan semata-mata untuk uang. Tapi lebih untuk membangun jiwa ksatria.

‘’Kalau hanya mengandalkan ijazah, belum tentu cari kerja langsung dapat. Tapi kalau ada keahlian bela diri, mungkin relatif lebih mudah. Dan sudah dari kecil saya hobi berantem. Pernah menggeluti taekwondo dan kick boxing,’’ tutur Elianus Enembe.    

Tak berbeda dengan Adrian Mattheis. Pria kelahiran Halmahera, 14 Mei 1993 ini juga sedang menempuh pendidikan strata satu di Sekolah Tinggi Perikanan. Motivasi terjun di bela diri ekstrim dulu saat sekolah dinas sering diplonco kakak kelas. Dari situ termotivasi untuk beladiri. Jika merasa kesal habis diplonco kakak tingkat, karena tidka bsia membalas, maka pulangnya baru melampiaskan kemarahan kepada samsak tinju.

‘’Tapi positifnya, saya malah berjanji tidak akan memplonco pada adik tingkat.  Kalau saya marah saya lampiaskan kepada samsak. Kalau sudah capek tinggal tidur,’’ ungkap Adrian putra pasangan Philipus Mattheis dan Jasmin ini.

Oya, salah satu anggota Papua Top Team juga ada yang bergelar Sarjana Teknik. Dia adalah Jordan. Pria kelahiran Wamena, 10 Oktober 1991 ini bisa dibilang pembimbing bagi mereka yang tergabung dalam Papua Top Team. 

Siap Bela Bangsa

Ketika diajukan pertanyaan seputar kondisi Papua yang sedang kisruh, mereka mengaku prihatin. Tapi mereka juga mengaku pemikirannya tidak sampai ke sana.

‘’Soal kisruh di Papua itu lebih menyangkut masalah hukum dan politik. Saya sedang belajar soal ilmu hukum dan politik. Itu politik tingkat tinggi. Saya tidak sampai ke sana. Saya akan buktikan kepada masyarakat Indonesia bahwa teman-teman dari Papua adalah saudara. Dan kami akan fokus untuk berprestasi bagi bangsa dan negara,’’ ungkap Dede Barabas.

Mereka sepakat tidak mau membahas soal kerusuhan yang sedang terjadi di Papua. Mereka lebih suka mengangkat dan fokus tentang persiapan mereka untuk menghadapi SEA Games di Manila pada bulan November mendatang.

Dede Barabas mengatakan bahwa dirinya merasa bangga bahwa 9 dari 25 anggota Papua Top Team akan  masuk Pelatnas setelah sebelumnya akan dikirim ke Taiwan untuk melakukan try out di bulan Oktober. Mereka akan berjuang semaksimal mungkin untuk bertarung di ajang Sea Games. Dan yakin akan meraih medali.

Dede Barabas juga secara khusus mengucapkan terima kasih kepada Yoko pemilik Siam Training Camp yang memberi tempat bagi putra dan putri Papua untuk berlatih di tempat itu.

“Saya sangat berterima kasih karena sudah memberi kita tempat dan ruang untuk kita berlatih dan bernaung di dalam tempat latihan Siam Gym yang selama ini sudah membesarkan nama saya. Juga tak lupa terima kasih kepada teman-teman Papua jadi mari kita sama-sama ukir prestasi bawa nama baik papua,’’ sambut Dede Barabas dalam acara pengukuhan tersebut. (teguh)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *