Connect with us

Parenting

Apa Sih Pengaruh Suka Menakut-nakuti Anak?

Published

on

mona ratuliu memberi tips pola pengasuhan anak–foto kapanlagi.com

Sebagai orang tua pasti ingin punya anak yang patuh dan nurut terhadap perintah dan juga peraturan yang dibuat di rumah. Tapi, harapan memang kadang jauh dari kenyataan. Si Kecil yang lagi senang bereksplorasi dan asik bermain seringkali nggak dengar kalau dibilangin orang tua. Salah satu cara paling mudah dan sering dilakukan supaya anak nurut dengan apa yang diperintahkan orang tua adalah dengan menakut-nakutinya.

“Ayo makan! Kalau nggak mau makan nanti disuntik dokter, lho!”

“Kalau nakal begitu, nanti kamu ditangkep polisi, lho!”

“Main aja jauh-jauh sana! Biar diculik penjahat!”

“Kalau tidurnya kemaleman, nanti ditemenin hantu, lho! Itu lho, yang mukanya serem, rambutnya panjang, matanya melotot lagi! Hiiiii sereeeem! Ayo cepet tidur, yuk!”

Seringkali demi meringankan tugas sebagai orang tua, kita memakai jurus “menakut-nakuti” supaya anak cepat nurut dengan perintah kita dan segera melaksanakan apa yang kita mau. Capek juga dibantah terus sama anak-anak, kan? Tapi tau nggak sih Parents, kalau cara menakut-nakuti seperti ini ternyata berdampak buruk buat anak-anak. Memang sih, cara seperti ini sangat  instan dan efektif menghemat tenaga orang tua dalam mengasuh dan mendidik anak-anak. Tapi, ternyata dengan membuat anak sering merasa ketakutan, bisa menghambat tumbuh kembangnya, lho!

Anak-anak memang sering merasa takut, terutama ketika menghadapi pengalaman baru. Ini sebenarnya perlu dipelihara, karena ini merupakan insting melindungi diri dari bahaya. Lama kelaman ia akan belajar untuk mengelolanya, sehingga tetap terus berani bereksplorasi, berkreativitas, dan terus mencoba hal baru. Lewat sudut pandang ini kita bisa melihat bahwa sebenarnya tugas orang tua adalah memahami ketakutan anak-anak dan membantu mereka untuk mengatasinya, bukan sebaliknya.

Mengasuh dan mendidik anak dengan cara menakut-nakuti supaya nurut sama perintah kita justru membuat mereka menjadi penakut dan tidak percaya diri. Untuk apa menumbuhkan rasa takut pada anak untuk hal yang sebenarnya nggak perlu ia takuti? Perasaan takut yang berlebihan pada anak ternyata bisa membuatnya terus bergantung pada orang lain, juga membuatnya kesulitan berpikir secara rasional. Sehingga ini bisa membuat anak kesulitan dalam mengambil keputusan. Padahal, justru peran orang tua adalah sebaliknya. Sebagai orang tua, kita diharapkan bisa mendampingi dan menstimulasi anak agar suatu hari nanti ia bisa mengambil keputusan apapun dalam hidupnya secara mandiri dan nggak bergantung terus pada orang lain.

Anak memang masih dalam proses belajar. Sesungguhnya nggak ada cara instan dalam mengasuh dan mendidik anak. Merka butuh waktu lama dalam berproses dalam mengolah informasi yang kita berikan. Beri mereka waktu untuk melakukan kesalahan, menghadapi resiko, merasakan konsekuensi atas keputusannya. Memilih untuk berlari-lari walau kita sudah bilang hati-hati, merasakan sakitnya terjatuh, sesekali memiliki pengalaman kurang enak akan hidupnya. Karena hanya orang yang punya pengalaman melakukan kesalahan yang akhirnya tau kenapa harus berhati-hati. Ya, kan?

Nah, rasanya sekarang saatnya kita mulai berpikir apa prioritas kita sebagai orang tua? Mengambil jalan pintas yang memudahkan kita dalam mengasuh anak, atau mau repot sedikit agar anak berproses menjadi manusia yang lebih baik?***

sumber: http://monaratuliu.com/index.php/kids-health/270-apa-sih-pengaruh-suka-menakut-nakuti-anak

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *