Connect with us

Kabar

Ananda Sukarlan: Malin Kundang, Tribute untuk Gus Dur

Published

on

JAYAKARTA NEWS – Meskipun pendidikan musiknya bergenre klasik di Amerika dan Spanyol, namun jiwa pianis klasik Ananda Sukarlan (51 tahun) tetap Indonesia.

“Identitas saya adalah keindonesiaan. Selama saya di luar negeri, saya tetap mencari dan mengelaborasi musik etnis dan musik daerah dari Indonesia. Kalau saya memainkan opus dari Beethoven, Bach, atau Mozart misalnya, mereka jelas sudah paham. Makanya, saya haus mencari musik apa yang bisa saya mainkan untuk piano saya. Karena saya orang Indonesia, tak heran kalau saya mainkan musik Indonesia,” jelas Ananda Sukarlan kepada penulis di Galeri Indonesia Kaya (GIK), Jakarta.

Tak usah diperdebatkan lagi jika Ananda kemudian mengisi tari ‘Malin Kundang’ yang berasal dari Sumatera Barat dengan musik bernuansa Minang. ‘Malin Kundang’ adalah produksi Indonesia Dance Company (IDCO) yang merupakan salah satu nomor tari dalam sebuah maha karya bertajuk ‘Untukmu Indonesiaku’ yang akan dihelat di Gedung Kesenian Jakarta, 27 September 2019 mendatang.

“Saya ditantang oleh pimpinan IDCO, ibu Claresta Alim lewat pergelaran tari Malin Kundang ini. Disinilah kami ingin menebarkan rasa cinta terhadap bangsa dan negara lewat tari, musik dan lagu,” kata Ananda Sukarlan.

Lebih dari puluhan tahun Ananda belajar musik klasik di Amerika dan Spanyol. Ia jadi ‘Duta Musik Klasik’ Indonesia di Eropa.

Ananda Sukarlan [foto: pik]

Tatkala Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) melawat ke Spanyol, beliau terpukau melihat permainan piano Ananda. Lalu, Ananda ditanya Gus Dur. “Ananda enggak ingin pulang dan mendarmabaktikan untuk bangsa dan negara melalui musik klasik?,”. Mendengar ajakan Gus Dur, Ananda terkesiap. Ini benar-benar sebuah ajakan yang tulus dari Presiden Indonesia yang senang mendengarkan musik klasik dari Beethoven, Bach, Chopin dll.

“Saya tahu kalau koleksi musik klasik Gus Dur bejibun. Beliau selalu memboyong koleksi musik klasiknya ke Istana Negara. Dan mendengarkan beberapa opus dari komponis-komponis besar dunia, Gus Dur bisa bekerja dengan tenang dan melontarkan gagasan-gagasan segar untuk bangsa dan rakyatnya,” imbuhnya.

Alhasil, meski belum final benar, Ananda menyebut pergelaran tari ‘Malin Kundang’ adalah sebuah ‘tribute untuk Gus Dur’.

“Saya bandingkan dengan Presiden Jokowi. Kalau Gus Dur seorang pendengar dan pencinta musik klasik yang kompeten, Presiden Joko Widodo – meski enggak mengerti – adalah seorang yang ingin memajukan kebudayaan Indonesia ke kancah internasional, termasuk seni musiknya. Saya mendengar kabar terakhir, Presiden Jokowi bersedia menyediakan dana yang diberi nama Dana untuk Pemajuan Kebudayaan.

Ibarat sebuah toko, etalase musik Indonesia bermacam-macam, kata Ananda saat ditanya penilaiannya tentang musik Indonesia. “Diibaratkan sebuah toko, etalasenya macam-macam. Produk yang dijajakan beraneka. Dan ini semua belum dikemas,” katanya.

“Belakangan, dibantu teman-teman musisi yang muda usia, saya berusaha menggali elemen-elemen musik etnis yang berserakan dan bertebaran di Indonesia. Baik sukunya, bahasa, adat istiadat dan agama dan kepercayaannya yang bermacam-macam, apalagi budaya dan seni musik daerahnya,” paparnya.

“Gamelan yang mengacu pada notasi slendro pelog di sini beragam, ada gamelan dari Bali, gamelan dari Jawa, dari Sunda, dan Lampung dan lain-lain. Betapa kayanya Indonesia. Sekarang, gamelan sudah ramai diajarkan di konservatori dan sekolah-sekolah musik di Eropa dan Amerika,” jelas yang pria menikahi yang menikahi perempuan Spanyol bernama Raquel Gomez.

Tak sia-sia rupanya Rudy Laban dan Soetarno Soetikno mempunyai seorang murid bernama Ananda Sukarlan. Pianis klasik yang juga sukses ‘mengawinkan’ musik etnis Indonesia ‘go International’. (pik)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *