Connect with us

Sport

51 Atlet Jebolan Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bakal Bertarung di Asian Para Games

Published

on

Jendi Pangabean atlet andalan Indonesia cabang renang di Asian Para Games–foto istimewa

Menteri Sosial Agus Gumiwang bangga banyak mantan atlet binaan Balai Besar Rehabilitasi Sosial milik Kementerian Sosial, ikut bertarung dalam pesta olahraga Asian Para Games yang akan berlangsung dari 6-13 Oktober 2018 mendatang. Setidaknya tercatat 51 mantan atlet yang terdaftar dalam Kontingen Indonesia. Demikian dikutip dari rilis Humas Kementerian Sosial. Di antara atlet-atlet yang berprestasi ada Jendi Pangabean, atlet renang yang menjadi ikon Asian Para Games 2018.

Mensos juga menyampaikan apresiasi kepada Kusmita yang merupakan atlet Para Games 2018 dari cabang olahraga Volley Duduk. Ia mengungkapkan Kemensos mengawal alumni atau mantan anak didik yang juga menjadi atlet dalam Asian Para Games 2018. Mereka dulunya adalah siswa di Balai Besar Rehabilitasi Sosial yang dimiliki Kementerian Sosial.

Presiden Joko Widodo dan Jendi Pangabean–foto diskominfo provinsi kaltim

Total ada 51 atlet yang tersebar di 13 cabang olahraga yakni Angkat Berat 6 orang, Tenis Meja satu orang, Anggar 7 orang, Atletik satu orang, Basketball satu orang, Bowling 3 orang, Renang 9 orang, Badminton satu orang, Panahan 8 orang, Paracycling satu orang, Lawn Ball tiga orang, Voli Duduk 7 orang, dan Menembak sebanyak 3 orang.

“Salah satu alumni kami adalah Jendi Pangabean, atlit renang yang menjadi Ikon Asian Para Games. Ia pernah dibina di Panti Sosial Bina Daksa (PSBD) Budi Perkasa Palembang. Ini tentunya menjadi sebuah kebanggaan bagi keluarga besar Kementerian Sosial bahwa anak-anak didik kami telah menunjukkan prestasi yang luar biasa,” katanya.

Menteri mengatakan sikap mental yang tangguh dan pantang menyerah para atlet terbentuk saat pendidikan, sementara prestasi olahraganya dibentuk di NPC (National Paralympic Committee). Mereka mampu tampil dengan baik dan konsisten dalam latihan sehingga dapat berkompetisi di Asian Para Games 2018.

Di Balai Rehabilitasi Sosial, penyandang disabilitas mendapat bimbingan vokasional, bimbingan sosial, bimbingan fisik, bimbingan mental spiritual, pelayanan kesehatan dan pemberian alat bantu. Mereka ditempa menjadi mandiri, percaya diri, memiliki kompetensi dan optimistis dalam menjalani hari-hari kedepan setelah mereka lulus.

“Energi dan semangat manusia hebat ini telah menginspirasi kita semua. Saya harap media massa juga dapat menangkap dan merasakan hal yang sama sehingga dalam pemberitaan nanti dapat menggugah semangat, optimisme, solidaritas, kesetaraan, dan yang terpenting adalah berperspektif penyandang disabilitas,” terang Menteri Agus.

Ia menyontohkan misalnya penggunaan istilah disabilitas, menghindari kata-kata yang sifatnya menimbulkan rasa kasihan atau charity, mengangkat hal-hal menarik dalam pertandingan seperti medali untuk pemenang yang khusus untuk atlet para games bisa berbunyi. Masing-masing medali memiliki bunyi yang berbeda baik emas, perak, maupun perunggu.

“Untuk mendorong liputan yang ramah disabilitas, hari ini kami menghadirkan e-book Interaksi Beretika dengan Penyandang Disabilitas. Dalam buku ini kita semua dapat mengenal gaya hidup para penyandang disabilitas dan bagaimana kita dapat bergaul dalam keberagaman mereka tanpa melanggar etika,” katanya.***/ebn

 

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *