Connect with us

Feature

Jakarta Kota Paling Stres di Dunia, Masyarakatnya Kurang Bahagia

Published

on

ilustrasi kota Jakarta–foto istimewa

Pasca Lebaran, orang dari berbagai daerah berbondong-bondong datang ke Jakarta. Salah satu alasannya untuk mencari penghidupan lebih baik. Maklum Jakarta sampai kini masih menjadi pusat segalanya, ya pusat pemerintahan, pusat pembangunan, pusat kegiatan ekonomi juga pusat pendidikan. Tak heran kalau magnet Jakarta begitu kuat bagi orang daerah.

Padahal tahu kah anda bahwa Jakarta berdasarkan Indeks Kebahagiaan 2017 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) tidak termasuk dalam daftar 10 provinsi paling bahagia. Jakarta hanya meraih angka 71,33 sementara provinsi paling bahagia di urutan pertama adalah Maluku Utara dengan angka 75,68.

Yang mengejutkan dari tabel yang disampaikan BPS itu, posisi Jakarta  berada di urutan 19 dari 34 provinsi yang ada di Indonesia. Atau sesuai tabel, tingkat kebahagiaan masyarakat Jakarta berada di bawah Papua Barat yang berada di urutan ke 18.

Jika diurut, maka provinsi paling bahagia di Indonesia adalah; 1.Maluku Utara, 2.Maluku, 3.Sulawesi Utara, 4. Kalimantan Timur, 5.Kalimantan Utara, 6.Gorontalo, 7.Kepulauan Riau, 8.Jogyakarta, 9.Bali, 10.Sumatera Barat.

Lalu apa yang membuat masyarakat Jakarta kurang bahagia, bahkan kalah dengan Maluku Utara maupun Provinsi Papua Barat? Padahal segalanya ada di Jakarta karena memang Jakarta adalah pusat dari segalanya.

KOTA PALING STRES DI DUNIA

Hasil penelitian Zipjet, ‘The 2017 Gloabal Least and Most Stressful Cities Ranking’ , mungkin bisa menjawab apa yang terjadi dengan masyarakat Jakarta saat ini. Menurut hasil penelitian perusahaan yang berbasis di London, Inggris, ini, Jakarta merupakan salah satu kota di dunia dengan stress tertinggi. Betapa tidak Jakarta berada di urutan 132 dari 150 kota paling stress di dunia.  Di tingkat Asia Tenggara, Jakarta masih sedikit lebih baik dari Manila yang berada di urutan 141.

Penelitian yang dilakukan Zipjet antara lain melihat kesehatan mental masyarakat kota secara keseluruhan dengan mempertimbangkan faktor-faktor utama yang menjadi penyebab stress antara lain, pengangguran, hutang per kapita, lalu lintas, trasnportasi umum, keamanan, kepadatan penduduk, dll.

Penyebab Jakarta mendapat skor rendah adalah terkait masakah kepadatan pendidik, ketersediaan ruang terbuka hijau, akses transportasi publik, dan berbagai peramsalahan kota lainnya.

Bicara stres masyarakat Jakarta, juga pernah disinggung oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, beberapa waktu lalu. Menurut Anies, tingkat stres warga Jakarta memang cukup tinggi. Menurutnya, sekitar 20% warga Jakarta rentan stres.

Untuk itulah diperlukan penambahan psikolog di setiap Puskesmas. Keberadaan psikolog ini untuk menangani masalah mental masyarakat, termasuk orang-orang stres namun tak mau mengaku. Dengan adanya tenaga psikolog maka penanganan bisa berjalan efektif. ***

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *